Myspace Backgrounds

Monday, November 30, 2009

Manajer Blackbery


Agus, tipe Senior Supervisor yang modis dengan teknologi komunikasi terbaru. Ia membawa smartphone blackberry buatan Canadanya ke meeting, ke diskusi-diskusi, ke kantin saat makan siang, bahkan sampai ke toilet dan ketika didalam mobil dinasnya.

Semuanya itu baik-baik saja, jika Agus memakainya untuk keperluan komunikasi yang tepat, bukan hanya chatting dan sozializing.
Dengan Blackberry, manusia cenderung hidup sendirian dengan mesinnya.

Sejak ditemukannya computer, HP dan internet, kita belum bisa membuat masterpiece setara candi Borobudur 824 M yang pada saat didirikannya tidak menggunakan mur dan baut, apalagi computer dan HP.

Lalu apa aded-value teknologi itu bagi kehidupan kita?
Indonesia tetaplah belum bisa mengekspor sepeda motor sendiri ke luar negeri?

Tindakan bijak apa yang membuat Anda cepat menjadi Manajer atau GM ?
Janganlah minder dan anda tidak akan lambat dipromosikan gara-gara tidak memiliki Blackberry.

Itu hanya mode dunia. Komunikasi terbaik di dunia kerja tetaplah yang personal, verbal, dengan gerak tubuh, visual dan tatap muka.

Perkuat dan berlatihlah skill komunikasi verbal Anda dengan lebih baik, apalagi berkelas empatik.

Leadership adalah tentang human. Jika Anda memiliki teknologi canggih, komunikasi Anda haruslah lebih canggih, lebih kreatif dan lebih memberi added-value bagi kehidupan dan bagi bisnis Anda, bukan?


Source :
Harry "uncommon" Purnama
http://www.mature-leadership.com/

Setahap Demi Setahap Menjadi Master



Karena ingin menjadi dokter, anak saya tidak mau masuk ke Play Group. Katanya mau langsung ke UI supaya cepat jadi dokter. Setelah diberi pengertian, akhirnya anak saya mengerti bahwa untuk menjadi dokter harus melalui berbagai tahapan.

Sekarang, anak saya sudah mau sekolah di Play Group. Apa hubungannya dengan bisnis?

Cerita singkat tentang anak saya tersebut ada hubungannya dengan banyak pebisnis, mereka ingin langsung menjadi master, menghasilkan penghasilan besar, dan menikmati penghasilan pasif tanpa mau melalui tahapan sebelumnya. Buktinya produk-produk yang menjual mimpi kaya secara instan laku di pasaran.

Saya mengenal banyak pebisnis sukses baik di bidang bisnis internet maupun bukan. Mereka memiliki kesamaan, yaitu mereka membangun bisnisnya setahap demi setahap sampai berdirinya sebuah bisnis besar atau memiliki penghasilan besar.

Apa lagi, bagi Anda yang tidak mau atau tidak mampu mengeluarkan investasi untuk percepatan bisnis Anda.

Bagaimana menjadi agar menjadi master bisnis? Sama seperti menjadi master (S2) dan juga Doktor (S3), melalui tahapan demi tahapan.

Tahapan yang ditempuh tergantung dari tingkat master yang ingin Anda capai. Berikut langkah-langkahnya:


Tahap 1: Identifikasi

1. Identifikasikan mindset atau sikap yang diperlukan supaya Anda sukses pada bisnis Anda.
Saya jadikan nomor satu, karena mindset atau sikap memegang peranan paling penting dalam keberhasilan sebuah bisnis.

2. Identifikasikan skill atau keterampilan yang Anda butuhkan dalam menjalankan bisnis. Bisnis apa pun itu, tentu mengharus memiliki satu set keterampilan yang diperlukan.

3. Identifikasikan aset atau modal yang dibutuhkan untuk belajar dan untuk investasi Anda.


Tahap 2: Perencanaan

Buatlah rencana bagaimana mendapatkan atau memiliki mindset, keterampilan, dan aset yang diperlukan. Buatlah rencana terfokus, satu tindakan untuk satu tujuan. Jangan sampai mau meraih semuanya dengan satu atau beberapa tindakan. Bahkan bisa jadi satu tujuan memerlukan beberapa tahapan.
Jika Anda mau, silahkan pilih rencana mana yang mau dilakukan sendiri dan rencana mana yang akan dilakukan oleh orang lain, baik oleh bawahan Anda, rekan Anda, atau outsourcing.

Tahap 3: Bertindaklah

Bertindaklah setahap demi setahap. Sama seperti Anda makan sepiring nasi, Anda memakannya sesuap demi sesuap. Anda tidak memasukan satu piring nasi langsung ke dalam mulut Anda. Begitu juga untuk membangun bisnis, lakukan setahap demi setahap. Diperlukan kesabaran, ketekunan, dan komitmen untuk menjadi seorang master.
Sebagai contoh, Anda tidak perlu membaca belasan buku sekali duduk. Anda hanya perlu membaca satu buku setiap pekan, maka dalam satu tahun Anda sudah membaca 52 buku. Anda sudah memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas jika Anda membaca 52 buku pada bidang yang sama.

Selamat menapaki tangga sukses

Source :

Dari Rahmat Mr. Power.

Monday, November 23, 2009

Sales Script

Tahukah Anda bahwa hampir 80% situasi yang dihadapi oleh seorang sales dalam menghadapi pelanggan adalah sama dan standard ?

Bila anda seorang sales, coba bayangkan ketika anda menawarkan produk kepada pelanggan Anda,bukankah mereka mengajukan keberatan yang hampir sama, seperti :

" Harga kamu mahal, barang competitor lebih bagus, bagi sales dealer biasanya pelanggan minta waktu pembayaran yang lebih lama. "

Kalau Anda tahu bahwa pertanyaan atau kondisi yang kita hadapi 80% adalah hampir sama, maka kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya, yaitu dengan SALES SCRIPT.

SALES SRIPT tersebut dipersiapkan sebelum menghadapi pelanggan. Misalnya kalau seorang pelanggan keberatan dengan harga yang di berikan, menurut mereka harganya terlalu mahal, maka anda bisa mempersiapkan SRIPTnya Misalkan bisa dijawab :

" Mahalnya di bandingkan dengan apa,pak ? Atau Menurut Anda berapa harga yang pantas untuk produk yang ditawarkan? Atau jelaskan benefit lain yang didapat pelanggan dari after sales service perusahaan dll. "

Dengan demikian maka siapapun salesnya baik senior maupun junior / pemula sudah bisa menjawab tanpa adanya keraguan.
Dengan panduan SALES SCRIPT maka secara tidak langsung Anda membuat sebuah standard yang bisa diaplikasikan, bahkan bagi anda yang merupakan seorang sales pemula ataupun kurang mampu berbicara dengan baik dengan pelanggan.


Bayangkan dengan adanya sebuah SALES SCRIPT yang akan membantu memudahkan anda untuk menghadapi setiap keberatan yang akan di ajukan oleh pelanggan. Maka anda akan lebih percaya diri dan bukankah pada akhirnya hal ini akan berdampak terhadap peningkatan omset penjualan?.

Berikut ini adalah beberapa tips untuk dapat membuat sebuah SALES SCRIPT.

1. Identifikasi dan tuliskan semua keberatan/penolakan yang akan anda temui .


2. Susun keberatan yang ada ke dalam kategori-kategori .

3.Tuliskan semua kemungkinan respons yang mampu Anda pikirkan untuk masing masing keberatan itu.

4. Gali dan teliti respons-respons terhadap setiap keberatan tersebut

5. Tanyakan pada yang ahli, apa respons mereka terhadap setiap keberatan tersebut .

6. Pilih respons terbaik untuk setiap keberatan tersebut

7. Perbaiki, perhalus dan latihlah script tersebut sehingga jawaban Anda terdengar spontan,meyakinkan dan alami.


Kiranya apa yang saya bagikan ini bisa berguna dan bermanfaat bagi bapak/ ibu sekalian.


Source :
Dedi Budiman

'Anggogodo' Menunggang Buaya


Salah seorang seniman melukis seekor monyet yang diberi nama Anggogodo yang merupakan plesetan dari Anggodo tengah menunggangi seekor buaya.
Sempak dan Cicak mengungkapkan dukungannya kepada KPK dalam bentuk lukisan dan gambar karikatur, Minggu (22/11). Salah satu lukisan mereka adalah seekor monyet yang diberi nama Anggogodo sedang menunggang buaya

Tuesday, November 17, 2009

Kemana Lift Kehidupan Kita Menuju?

Kita semua tentu mengenal lift. Dengan alat itu kita bisa naik atau turun tingkat pada sebuah gedung tinggi. Jika kita ingin naik, tinggal menekan tombol naik; lalu lift membawa badan kita naik. Jika kita ingin turun, tinggal pencet tombol turun; lalu lift itu dengan patuh membawa tubuh kita turun. Secara kasat mata, lift membawa kita naik atau turun. Namun, apakah lift juga bisa membawa ‘diri’ kita menuju ke tingkat yang kita inginkan?

Saya pernah berkantor di sebuah gedung perkantoran yang langka di jantung kota Jakarta. Gedung itu bernama GKBI yang letaknya persis diseputaran jembatan Semanggi. Mengapa saya sebut langka, karena gedung itu memiliki lift yang unik. Pada kebanyakan gedung bertingkat lain, jika kita ingin menuju ke lantai tertentu, kita cukup menekan tombol up atau down saja. Jika ada orang lain yang sudah menekan tombol itu, maka kita tidak usah bersusah repot lagi untuk menekannya.


Istilahnya, kita bisa nebeng kepada usaha orang lain, untuk tiba di tingkat yang kita inginkan. Ketika salah satu pintu lift akan terbuka. Lalu kita memasukinya. Didalam lift itu, barulah kita menekan tombol nomor lantai yang hendak kita tuju. Jika ada orang lain yang sudah menekan ke lantai yang kita ingin tuju, kita boleh berdiam diri saja. Kita sebut saja system seperti ini sebagai lift konvensional.

Di gedung GKBI tidak bisa begitu. Karena untuk menuju ke lantai tertentu kita harus ‘terlebih dahulu’ menekan nomor lantai yang kita inginkan secara digital ‘diluar lift’. Setelah itu, sistem canggih tersebut memilihkan untuk kita lift mana yang akan membawa kita ke lantai yang kita inginkan. Contohnya, kita menekan angka 1 dan 0 untuk menuju ke lantai 10. Maka sistem itu akan mengarahkan kita kepada lift P, misalnya. Dan itu berarti bahwa kita harus menggunakan lift P untuk bisa sampai ke tempat yang akan dituju.

Ketika pintu lift yang bukan P terbuka, maka kita diam saja. Sekalipun lift itu masih kosong. Sekalipun kita sedang terburu-buru, kita tetap tidak memasukinya. Mengapa? Karena lift itu tidak akan membawa kita ke Lt 10 yang kita tuju. Dan karenanya kita akan tetap fokus kepada lift P. Dan kita hanya akan memasuki lift P, seperti niat kita semula. Ketika pintu lift P terbuka, kita memasukinya tanpa harus menekan apapun lagi. Karena, lift itu akan membawa kita ke lantai 10 yang kita pilih diawal tadi. Saya menyebutnya lift kontemporer.

Lift konvensional versus lift kontemporer. Di lift konvensional, kita boleh saja menyerahkan tujuan hidup kita kepada arus yang diciptakan oleh orang lain. Kita boleh ikut orang lain yang sudah terlebih dahulu menekan tombol. Tidak masalah apakah tujuan orang itu sama dengan tujuan kita atau tidak. Begitu tombol up atau down ditekan oleh orang lain, maka kita tinggal mengikuti arusnya saja.

Di lift kontemporer, kita tidak bisa lagi melakukan hal itu. Artinya, kita tidak bisa mengikuti saja apa yang orang lain lakukan dengan lift itu tanpa tahu tujuannya terlebih dahulu. Kita boleh mengikuti orang itu, hanya jika kita tahu persis bahwa tujuan orang itu adalah lantai yang sama dengan yang ingin kita tuju. Anda tidak boleh mengikuti orang lain jika tujuannya berbeda dengan Anda. Bahkan, Anda pun tidak boleh mengikuti orang lain dan menyerahkan tujuan Anda kepada orang lain yang Anda tidak tahu apakah tujuannya sama dengan Anda atau tidak.

Lift konvensional versus lift kontemporer. Di lift konvensional, kita tidak perlu merencanakan, kemana kita akan pergi. Di lift kontemporer, kita harus merencanakan, kemana kita akan pergi. Sebab, jika kita tidak merencanakan kepergian kita, maka begitu memasuki lift kontemporer ini, kita akan langsung tersesat. Sebab, lift itu tidak membawa kita ke tempat yang ingin kita tuju. Melainkan tempat antah berantah yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Jika lantai yang ingin kita tuju itu adalah ‘tujuan hidup’ kita. Dan jika kehidupan kita ini adalah sebuah lift yang akan membawa kita kepada tujuan hidup yang ingin kita capai itu, maka kiranya layak jika kita mengajukan 3 pertanyaan ini:

Pertama, “Apakah kita bisa mengandalkan dan menyandarkan diri kepada orang lain yang belum jelas kemana arah tujuannya?”

Kedua, “Apakah kita bisa memasuki pintu lift peristiwa kehidupan mana saja, yang tidak jelas ke lantai kehidupan mana dia akan menuju?”

Ketiga, “Apakah kita bisa membiarkan diri kita dibawa oleh lift kehidupan itu tanpa harus menentukan terlebih dahulu, lantai dimana tujuan kehidupan kita didefinisikan?”


Kita tidak selama-lamanya berhadapan dengan lift kehidupan konvensional hingga kita boleh saja menyerahkan seluruh kepentingan hidup dan tujuan hidup kita kepada orang lain yang sudah terlebih dahulu men-set lift itu. Sebab, ada kalanya kita berhadapan dengan lift kehidupan kontemporer. Sehingga kita harus benar-benar melakukan sendiri, dan menentukan sendiri; tujuan yang ingin kita capai dalam hidup kita.

Kita tidak selama-lamanya berhadapan dengan lift konvensional hingga kita boleh saja memasuki lift kehidupan manapun yang terbuka lebih dahulu. Sebab, ada kalanya kita berhadapan dengan lift kehidupan kontemporer. Sehingga kita harus benar-benar fokus, hanya kepada lift kehidupan yang akan membawa kita kepada tempat tujuan yang sudah kita rencanakan saja.

Kita tidak selama-lamanya berhadapan dengan lift kehidupan konvensional hingga boleh-boleh saja jika kita tidak menekan dan merencanakan tombol tujuan kehidupan sebelum memulai perjalanan ini. Karena didalam lift kehidupan konvensional, ‘akan ada kesempatan’ untuk menekan tombol itu. Nanti didalam lift. Namun, ada kalanya kita berhadapan dengan lift kehidupan kontemporer. Sehingga untuk bisa sampai kepada tujuan hidup yang kita inginkan; kita harus memulainya dengan merencanakannya terlebih dahulu. Sebab, didalam lift kehidupan kontemporer ‘tidak akan ada lagi kesempatan’ untuk menekan tombol itu. Semuanya serba terlambat. Dan kita akan segera tersesat.

Namun demikian, lift kehidupan konvensional dan lift kehidupan kontemporer memberi kita inspirasi untuk menentukan; kapan saatnya kita boleh mengikuti arus yang dibuat oleh orang lain. Dan kapan saatnya untuk mengandalkan kemampuan diri kita sendiri.

Mari Berbagi Semangat!


Dadang Kadarusman


Catatan Kaki:
Kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa tak satupun dari pencapaian yang kita raih tanpa campur tangan orang lain. Namun, tidaklah masuk akal jika kita menyerahkan arah masa depan kita kepada orang lain.