Myspace Backgrounds

Wednesday, April 22, 2009

Hemat Saja Energi Kita dari Pertengkaran Pemilu


Pemilu 2009 baru saja usai , pemenangnya kita sudah tahu siapa . . . .Seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

Namun , . . . . Pertengkaran tentang Pemilu 2009 baru saja dimulai , ibarat pertandingan sepakbola , pihak yang kalah ( baca ; para elite politik papan atas ) mulai berdalih , mengancam dan menggertak dengan galak.

Percaya atau tidak, selalu saja ada orang yang berusaha mengambil keuntungan dari setiap pertengkaran yang kita kobarkan.

Tak peduli apakah anda atau lawan anda yang kalah, tak segan-segan mereka mencari celah untuk menunggangi keadaan.

Pertengkaran selalu lemah melemahkan.
Meski anda memenangkannya, anda takkan pernah sungguh-sungguh memenangkan semuanya.
Pasti anda kehilangan sesuatu, setidaknya pengendalian diri anda sendiri.

Karenanya, tak ada yang dapat menarik keuntungan sebanyak-banyaknya, selain orang ketiga yang seolah berdiri di luar arena pertempuran.

Pepatah mengatakan,

Bila dua ekor gajah bertarung, pelanduk kecil mati ditengah-tengahnya.
Namun, di kejauhan segerombolan burung pemakan bangkai yang cerdik menunggu dengan sabar kejatuhan salah satu gajah petarung.
Bahkan mungkin mereka juga menunggu kejatuhan pelanduk-pelanduk kecil.

Karena, mereka memang tak peduli pada siapa pun yang tersungkur. Bagi mereka, dalam pertengkaran selalu ada peluang untuk dimanfaatkan.

Maka, secerdik-cerdiknya anda memenangkan pertengkaran, jauh lebih cerdik jika anda menghemat tenaga untuk menahan diri dan memahami perbedaan.


Djodi Ismanto
Mitsubishi Motors - Group Sumatera Berlian

lihat artikel lain di :

Bagaimana Harus Bisa !


Suatu hari, di suatu kafe di kota kecil di Austria, seorang wartawan bernama Jim Collins, mewancarai seorang juara binaraga dunia (Mr. Universe). Wawancara tersebut bukanlah hal yang istimewa bagi seorang juara dunia binaraga, tapi impiannya untuk menjadi "bintang filmbox office", yang membuat Jim tergelitik untuk bertanya. Kenapa? Bukanlah hal yang mudah untuk menjadi bintang film Hollywood apalagi untuk orang luar Amerika.


Kemudian diapun bertanya,
"Bagaimana caranya kamu masuk ke Hollywood dan menjadi bintang film box office?"

Mr. Universe menjawab, sambil menunjukkan otot bisepnya,
"Dengan cara yang serupa, bagaimana aku melatih otot - ototku!" tegasnya.

Apa yang dia impikan menjadi kenyataan. Di tahun 1970 dia memerankan filmnya yang pertama,"Hercules in New York" dan 14 tahun kemudian, melalui filmnya "Terminator", dia berhasil merebut box office.
Siapakah orang itu?
Arnold Swazeneger
, Gubernur California ke-38.

Otak kita bekerja seperti layaknya otot. Jika otot dilatih dengan beban, begitu juga otak dilatih dengan "Beban Pikiran" atau masalah. Agar otot kita membesar, kita harus melatihnya tiap hari dan makan makanan yang bergizi serta menyantap suplemen.

Harusnya saat kita mendapat masalah, kita bersyukur karena bisa latihan. Tentu saja tidak boleh over dosis. Nah, disaat masalah tidak ada, kita juga bisa melatihnya dengan menciptakan masalah,atau lebih tepatnya menerima "tantangan".

Setelah tantangan diterima, yang harus kita lakukan adalah makan makanan yang bergizi, untuk mengolah tantangan tersebut.

Makanan bergizinya
adalah training, seminar, buku. Untuk menjaga agar semangat berlatih tetap konsisten, sering-seringlah kumpul dengan orang - orang yang berotot(baca:sukses). Begitulah otak dilatih agar "kuat". Sehingga saat kita membutuhkannya atau terjadi masalah, seolah makanan sehari-hari saja.

Analoginya otak kreativitas kita seperti katup yang dikendalikan oleh sebuah saklar dengan pilihan: "bisa" atau "tidak bisa".

Jika kita mengatakan "TIDAK BISA", maka katup akan tertutup, sehingga tak akan ada aliran "solusi".

Sebaliknya jika kita mengatakan "BISA", maka katup tersebut akan terbuka dan "solusi"pun akan mengalir mencari jalan "Bagaimana harus bisa?!".

Enaknya kita bebas memilih arah saklar tersebut. Tapi kenyataannya banyak orang takut memilih saklar "bisa". Alasannya macam-macam, bisa karena pengalaman masa lalu, ketakutan yang tidak beralasan atau malas berfikir.

Sedikit-sedikit udah cepat menyerah. Bukannya mencari solusi, mereka lebih 'lihai' mencari DALIH atau ALASAN untuk pembenaran diam di tempat.

Nah, dalam masyarakat, tukang dalih sering disebut The Loser(pecundang). Sebaliknya orang yang selalu optimis dan menanyakan "Bagaimana harus bisa?!", kemudian dia berupaya untuk mewujudkannya, disebut The Winner (pemenang).

Ada juga tipe ketiga, yang kerjaannya hanya mengamati, tanpa ada action untuk mewujudkannya, dialah The Lover (pecinta).

Sekarang, tinggal mana yang Anda pilih? Jika ingin menjadi The Winner, hadapi masalah dengan senyuman, katakan pada diri sendiri,"Asyik, latihan lagi". Jika tidak ada masalah, ciptakan tantangan-tantangan baru. Dan jangan lupa, selalu katakan,"BAGAIMANA HARUS BISA?!".


DJODI ISMANTO
Mitsubishi Motors - Group Sumatra Berlian
From nice city of Medan
www.djodiismanto.blogspot.com


Tuesday, April 7, 2009

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus.Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan isenangi teman dan tetangganya.

Pygmaliondikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

- Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."

- Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu."
Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".

- Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu."

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia sunguhan.

Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,
- Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

- Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

- Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

- Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

- Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

- Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah."

Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan..
Keluarga menjadi hangat.
Tetangga menjadi akrab.
Pekerjaan menjadi menyenangkan.
Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only........ ....how nice !!!!

Membantu Perusahaan Survive dari Krisis


Kita sering mengartikan sahabat sebagai orang yang bersedia menerima kita apa adanya.
Dan memang benar, sahabat sejati selalu bersedia menerima kita, bahkan ketika kita sedang berada dalam kesulitan.

Karenanya, peran sahabat bisa lebih dekat dibandingkan dengan kerabat. Hebatnya lagi, persahabatan tidak hanya bisa dibangun antar manusia. Sebab, begitu banyak kisah tentang persahabatan antara manusia dengan mahluk lain.

Tetapi, pernahkah singgah dalam pikiran anda gagasan untuk bersahabat dengan perusahaan? Perusahaan memang bukanlah mahluk hidup.
Namun, serangkaian kegiatan yang terjadi didalamnya menjadikan perusahaan seperti sebuah organisme hidup. Memiliki beragam ciri layaknya mahluk hidup. Itu sebabnya, perusahaan bisa tumbuh dari kecil hingga besar.

Perusahaan bisa sangat sehat atau menderita sakit. Perusahaan bisa terus hidup atau mati. Sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa perusahaan itu memiliki 'jiwa'.

Jika demikian, rasanya menjadi masuk akal bagi kita untuk bersahabat dengan perusahaan tempat kita mencari nafkah ini. Sekarang, cobalah kita renungkan; apakah kita bersedia menjadi sahabat baginya?

Jika sahabat kita sedang dilanda kesulitan, apa yang kita lakukan?
Kita berusaha mencarikannya jalan keluar.
Jika sahabat kita tengah dirundung kesedihan, kita memberinya penghiburan.
Dan jika sahabat kita sedang membutuhkan bantuan, maka kita mengulurkan tangan.

Jika perusahaan yang kini telah menjadi sahabat bagi kita ini sedang dilanda krisis, apa yang harus kita lakukan?

Kita tidak akan pernah tega membiarkannya terus menerus menderita.
Bukan karena kita merasa berkepentingan atas sejumlah penghasilan, atau takut terkena pemutusan hubungan kerja.

Melainkan karena kita merasa bahwa perusahaan ini sudah menjadi sahabat yang menemani perjalanan hidup kita sehari-hari.

Selama ini, dia sudah lama menjadi tempat yang bersedia menerima kedatangan kita setiap hari, tanpa ditanya; kamu siapa?

Dia tidak pernah menghujat; ngapain kamu datang kesini?
Dan dia, sahabat kita itu, tidak pernah mengusir kita.

Bayangkan, bertahun-tahun sudah dia menerima kehadiran kita dengan tangan terbuka. Dan perusahaan kita – sang sahabat itu – telah menerima kita, seperti halnya sebuah rumah kedua bagi kita.

Sekarang coba tengok sekali lagi; apakah perusahaan kita ikut terimbas oleh krisis ekonomi ini atau tidak?

Tanyakan kepadanya apakah kita bisa membantunya keluar dari krisis itu?
Mengapa?

Karena kita ini adalah sahabatnya kini.
Kita tidak mungkin membiarkan sahabat terkasih ini berjibaku dengan kesulitan demi kesulitan yang tengah menghimpitnya.

Lantas, bagaimana caranya menolong sahabat kita ini?

Bekerja dengan sungguh-sungguh adalah salah satu caranya.
Menghemat kertas dikantor, juga sangat membantunya.
Atau mematikan lampu kamar kerja ketika hendak makan siang, juga bisa meringankan beban. Dan lebih dari itu, kita perlu meningkatkan disiplin diri.
Datang ke kantor tepat waktu.

Melakukan makan siang sesuai dengan jatah waktu yang diberikan, serta mengurangi hal apapun yang tidak berdampak positif bagi perusahaan.

Mudah-mudahan, dengan kontribusi sekecil apapun yang kita berikan, kita bisa membantu sang sahabat sejati ini keluar dari krisis yang tengah menghimpitnya.


Source :
Dadang Kadarusman
http://www.dadangka darusman. com/

Catatan Kaki: Kita sering khawatir perusahaan tidak bisa keluar dari krisis. Ironisnya, kita sering membiarkannya semakin terpuruk kedalam krisis dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan disaat seharusnya kita kerja.