Myspace Backgrounds

Thursday, August 30, 2007

N-O-W-H-E-R- E





Terdapat dua cara untuk melihat setiap situasi dalam kehidupan ini........





Misalnya, Berpikirlah tentang Tuhan kemudian amati huruf-huruf ini
N-O-W-H-E-R- E
Kita dapat berasumsi bahwa
Tuhan itu NOWHERE
(Tidak ada di mana pun)
atau kita dapat percaya bahwa
Tuhan itu NOW HERE!
(Ada di sini)
Ikuti petunjuk ini dan kita dapat memperbaiki kehidupanmu:
Ingatlah selalu bahwa kau dicintai, bahkan saat situasi tampaknya tidak demikian.

Percayalah pada diri dan nilai-nilaimu sendiri.
Jangan buang segala-galanya bila hal-hal berjalan menyimpang.
Jangan biarkan apapun membuatmu terjatuh;
selalu berusahalah terlontar kembali ke atas.
Tetapkan sasaran untuk masa depanmu
dan jangan tetapkan kurang dari pada itu.
Sadari bahwa terdapat banyak orang dengan persoalan yang lebih besar daripada persoalanmu.

Hargai hal-hal baik dalam hidupmu dan bersyukurlah terhadap waktu yang kau nikmati bersama mereka yang kau kasihi.

Pakailah lebih banyak waktu bersama keluarga dan para sahabat kita.
Hargai hal-hal sederhana dalam kehidupan
dan jangan terperangkap dalam hal-hal duniawi.
Bila kita menuruti petunjuk tersebut kita tidak akan salah jalan .





Jadilah seorang yang optimis ,
Tidak akan lama, sikap kita akan menular kepada orang-orang lain.
Kita dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik hanya dengan membuat diri kita sendiri menjadi orang yang lebih berbahagia.

Bila kau melihat seseorang tanpa senyuman,

berilah kepadanya sebuah senyummu.
Di sini ada satu untuk kita mulai mencoba.
Miliki hari yang ceria dan semoga Tuhan memberkati Kita!

Pernah Bosan . . . . ?



Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku manusia.

Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia tetap rajin membaca.Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas.
Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu tersebut, iapun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno itu.

Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila dipegang, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya.Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam genggamannya itu dingin-dingin saja. Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut. Satu hari, dua hari, satu minggu,setahun ia berada di pantai itu.

Kini menggenggam dan membuang batu telah menjadi kebiasaannya. Suatu hari secara tak sadar, batu yang dicari itu tergenggam dalam tangannya. Namun karena ia telah terbiasa membuang batu ke laut, maka batu ajaib itupun tak luput terbang ke laut dalam. Lelaki miskin itu melanjutkan' permainannya' memungut dan membuang batu.

Ia kini lupa apa yang sedang dicarinya.

Dear friends . . . ., pernahkah kita merasakan kalau hidup ini hanyalah suatu rentetan perulangan yang membosankan? Dari kecil, kita sebenarnya sudah apat merasakannya, kita harus bangun pagi-pagi untuk bersekolah, lalu pada siangnya kita pulang, mungkin sambil melakukan aktifitas lainnya, seperti belajar, nonton TV, tidur, lalu pada malamnya makan malam, kemudian tidur, keesokkan harinya kita kembali bangun pagi untuk bersekolah, dan melakukan aktifitas seperti hari kemarin, hal itu berulang kali kita lakukanbertahun-tahun !!

Hingga akhirnya tiba saatnya untuk kita bekerja, tak jauh beda dengan bersekolah, kita harus bangun pagi-pagi untuk berangkat kekantor, lalu pulang pada sore / malam harinya, kemudian kita tidur, keesokan harinya kita harus kembali bekerja lagi, dan melakukan aktifitas yang sama seperti kemarin, sampai kapan?

Pernahkah kita merasa bosan dengan aktifitas hidup kita?
Kalau ada di antara teman - teman ada yang merasakan demikian, dengarkanlah nasehat bijak ini :

:"Bila hidup ini hanya suatu rentetan perulangan yang membosankan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan nilai barudi balik setiap peristiwa hidup.
"Artinya, jangan melihat aktifitas yang kitalakukan ini sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas , karena jika kita menganggap demikian, maka aktifitas kita akan amat sangat membosankan !!

Cobalah maknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, mungkin anda akan menemukan suatu yang baru, sesuatu yang belum pernah anda ketahui sebelumnya,

"Setiap hari merupakan hadiah baru yang menyimpan sejuta arti." Jangan takut dalam mengalami kegagalan, dan jangan bosan untuk menerima kegagalan, karena kegagalan adalah penggalan dari kisah sukses ke depan.Tuhan memberi makna dari kita dengan mengisi hidup dengan hal-hal baru,dengan cobaan dan ujian. itulah caranya agar ini tidak bosan.


Salam Hormat
Erwin Arianto

LUKA BANGSA KAMI


Kami tahu banyak orang indonesia yang tidak punya harga diri
Kami tahu banyak orang indonesia yang serakah dan tidak punya nurani
Kami juga tahu bahwa Tuhan juga marah kepada kami

Alam sudah diperintahkan- Nya untuk meluluh lantakkan negri kami
Binatang juga sudah tidak bersahabat lagi dengan kami
Keragu-raguan juga sudah mulai terbayang di hadapan kami

Namun kami masih memiliki satu buah harga diri yang masih tersisa
Harga diri sebagai bangsa Indonesia yang tegak lurus dengan langit
Jangan sekali-kali kau berani untuk mengusiknya
200 juta manusia akan menghancurkan siapa saja yang mengusik dan melukai harga diri kami

Sudah cukup,
selesai dan habis
Kami akan datang dengan Indonesia yang bermartabat dan berdaulat.
Dunia akan melihat bahwa kami datang dan berkata

KAMI ADALAH BANGSA INDONESIA

Wednesday, August 29, 2007

KETIKA . . . . . . . . . . . .


1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita Jangan lah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orangtua/wali si gadis, tetapi meminta kepada TUHAN melalui orang tua/wali sigadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di hadapan TUHAN

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan doa mereka.

5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.!

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tetapi juga semak belukar yg penuh onak dan duri.

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda100% dan
cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK.
Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri

11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolonganAnda.

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

14.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak ..

1
5.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.

16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1 Ketaqwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran

Insya ALLAH........

Guru TK


Saat itu ada seorang guru TK yang masih lajang dan cuma bergaji 150 ribu mengadu akan kecilnya gaji yang dipunyai kepada Ustadz Yusuf Mansur, lalu ditanya :

"Emangnya pengen gaji berapa?"

"Paling enggak 3 jutaan ustadz",

Lalu
kata Ustadz berkata :

" Kalo gitu gak usah terima gaji untuk dua bulan ini, kalo mau gaji 3 jutaan".

(Baca : matematika sedekah adalah jika
sedekah 1 maka akan dibalas 10 kali).

Lalu setujulah wanita itu. tapi
fikiran yang berkecambuk adalah ternyata kepala sekolah TK itu sendiri hanya bergaji 450 rb, so... bagaimana mungkin??

Setelah 2 bulan uang itu disedekahkan, tanpa sisa sedikitpun, lalu si wanita ini datang di bulan ke-3 kepada Ustadz Yusuf Mansur.
Dapatkah dia
menerima gaji 3 juta?

Ternyata . . . . . . . . .gagal !

"Alhamdulillah ustadz, saya tidak berhasil mendapat gaji 3 juta"

"Akan tetapi saya dinikahi seorang perjaka shaleh, dan mempunyai gaji 3 juta perbulan, dan perjaka itu adalah anak kepala pemilik TK, yang perjaka itu sendiri adalah pewaris tunggal TK tersebut.... "

Subhanallah. ...

Jum'at - Masjid agung Al Azhar - Jakarta

Regards,
Djodi Ismanto
Mitsubishi Motors - Group Sumatra Berlian
From nice city of Medan
www.djodiismanto.blogspot.com

Gerhana dan Kiamat


Masihkah kita dapat melihat matahari bersinar di esok hari?

Adakah pertanyaan itu terlintas di benak kita?

Gejala tanda - tanda alam sudah nampak... dan kita telah menyaksikan salah satu kekuasaan Sang Maha Pencipta, yaitu Gerhana Bulan.

Kejadian yang telah kita ketahui bersama bahwasanya pada saat gerhana bulan, posisi Matahari-Bumi- Bulan akan membentuk garis lurus. Suatu kejadian yang jarang kita alami.

Yang akan dibahas adalah pada saat Matahari-Bumi- Bulan membentuk garis lurus akan lebih besar kemungkinannya salah satu dari tiga benda planet itu keluar dari orbitnya. Dan apa yang akan terjadi? Tabrakan diantaranya sangat mungkin terjadi (Na'udzubillahi min dzalik)

Oleh karena itu, pada saat seperti itulah disunnahkan kita mengucapkan kalimah talbiyah (takbir, tahlil dan tahmid) juga sholat sunnah dua roka'at, bershodaqoh dan beramal sholih.

Mudah-mudahan ini hanya kekhawatiran saja.

Ya Allah jika Engkau berkehendak untuk mengakhiri hidup kami bersamaan dengan Engkau memperlihatkan kekuasaanMu, maka kami mohon ambillah nyawa kami dalam keadaan sebaik-baiknya. Amin

Wassalaamu'alaikum wr.wb.

Regards,
Hadian Febrianto

Malaikat di Bandara Casablanca . . . . . . .


Berulangkali, saya mencarinya di Bandara Casablanca, tetapi tidak pernah kutemukan pria bernama Moh Yassin. ’Malaikat’-kah Dia? Seperti yang diceritakan dibawah ini oleh Nasrulloh Afandi.
Ia sekarang sedang melanjutkan kuliah di Maroko.


Saat itu, genap empat bulan setelah bersungkem pada ayah-bunda di Tanah Air. Saya kembali ke Maroko, negeri tempatku kini menempuh studi di universitas al-Qurawiyin (oleh para wisatawan Eropa biasa disebut al-Karawiyine) Maroko.


Ketika
Qatar Airwaiys, pesawat yang kunaiki dari Jakarta-Casablanca, transit di Doha (Qatar) selama 18 Jam. Kebetulan mendapat fasilitas hotel al-Muntazah plaza, tidak jauh dari jantung kota Doha . Tentu saja saya tidak mungkin mengurung diri dalam kamar hotel sejak pukul 7.00 pagi itu, dalam benakku memutuskan untuk jalan-jalan.


Setelah sholat Ashar, saya pun berjalan kaki secukupnya di jantung ibu kota Negara yang waktu itu sedang menjadi tuan rumah Asian Games ke-15. Jujur saja saya lebih dari empat kali transit di bandara
Doha , tetapi baru kali itu bisa jalan-jalan di jantung kotanya.


Tertarik ingin membeli beberapa barang kecil, utamanya makanan kecil, dalam benakku sekedar ingin ‘mencicipi’. Saya mendekati kotak Automatic Teller Machine (ATM) tertulis "Bank Islami" yang terletak di depan salah satu pusat perbelanjaan, dengan maksud mengambil sejumlah uang yang kubutuhkan.


Awalnya, saya tenang-tenang saja, sebab di ATM itu jelas terdapat logo; Mastercrad, Visa, dan logo lainnya tanda fungsi ATM Internasional, sehingga berdasar logo-logo itu, saya pun yakin bahwa kartu ATM milikku bisa difungsikan di situ.


Sungguh kaget, di luar dugaan, entah kenapa padahal sebelumnya orang silih-berganti tampak dengan normal bisa mengambil uang di situ. Tetapi ketika saya memasukkan kartu ATM, kok tiba-tiba eror? Kagetnya lagi, kartu ATM ’tertelan’ alias tidak bisa keluar. Sedangkan waktu setempat sudah menunjukkan pukul 19.00, tutup kantor. Apalagi hari Jum'at adalah hari libur setempat yang tidak memungkinkan saya untuk langsung menghubungi pihak bank.


Awal Kesedihan


Saya mulai gundah. Dalam hati, saya berdoa; "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan sejumlah uang yang berada di rekeningku". Karena ketika itu, saya juga tidak bisa dan tidak mungkin menghubungi ke Indonesia (bank tempat saya buka rekening) untuk menutup kartu ATM yang tertahan di kotak ini.

Dengan perasaan tidak menentu, saya meninggalkan kotak ATM, seraya berpikir bagaimana nanti biaya transportasiku dari bandara Casablanca, ke kota tempat kuliahku yang jaraknya sangat jauh.


Tiba-tiba saya ingat, ketika di bandara Soekarno Hatta,
Jakarta , ibuku sempat memasukkan sejumlah uang cash ke dalam saku jaket hitamku, entah berapa jumlahnya. Kurogo sakuku, sayangnya, ternyata bukanlah Dollar atau Euro atau mata uang asing yang bisa ditukar di negara mana saja, tapi hanya lembaran-lembaran Rupiah.


Meski demikian dengan sikap spekulasi saya pun ‘nekat’ mendekati money changer yang kebetulan buka (meskipun di luar jam kerja itu), namun pelayan yang tampangnya orang pekerja asal
Pakistan atau India itu, dengan mengggunakan bahasa Arab langsung menolaknya ketika saya mengeluarkan sejumlah Rupiah dari saku jaketku.


Wajah Asia


Waktu setempat Adzan Maghrib sudah lama berkumandang dan dengan niat shalat maghrib dijama Ta'chir, dengan berjalan kaki sayapun memutuskan untuk kembali ke Hotel, tempatku transit.


Baru saja sekitar 30 menit berbaring di kamar no: 22 lantai 6 hotel itu. Tiba-tiba telepon disampingku berbunyi kuangkat: Suara dari sebrang berbahasa Inggris, "Para pengunjung hotel dipersilahkan turun untuk makan malam di restoran yang terletak di lantai dasar."


Restoran itu juga dibuka untuk umum, tidak hanya bagi tamu hotel. Keadaan restoran pun cukup ramai dengan wajah-wajah pribumi beserta keluarganya, bersurban, gamis dan para wanita ber-abaya meski banyak juga yang membuka niqob (cadar)nya. Jauh berbeda ketika kondisi makan siang, tak terlalu ramai.


Muaranya bertanya-tanya dalam hati, kenapa ketika saya duduk seorang diri di samping meja makan dan mengambil menu secukupnya dengan mengenakan kaos oblong dan jaket hitam, para pengunjung restoran (tampang pribumi) selalu saja melihat saya dengan tatapan sinis. Saya pun tetap bersikap tenang.


Selepas makan, saya berbincang-bincang kecil dengan seorang gadis berwajah Filipina yang bekerja sebagai resepsionis di hotel itu, dengan pendekatan ke-Asia-an (dengan bahasa Inggris) saya bertanya, "Kenapa kok para pengunjung restoran hotel ini selama saya berada di ruang makan tampak sinis memandang, padahal sebelumnya saya pernah singgah di negara-negara bagian Teluk lain, seperti Saudi dan lainnya, tetapi tidak seperti ini?"


Si gadis Filipina itu menjawab,"Bisa jadi mereka keanehan, ada wajah Asia nimbrung di meja makan restoran yang dikunjungi mayoritas oleh pribumi berkantong tebal, sedangkan mayoritas wajah Asia di sini hanya jadi pelayan. Dan memang biasanya mereka memandang rendah kepada orang Asia, karena di sini (Asia) dianggap bangsa kelas pembantu". Tandasnya. Setelah berpamitan, sayapun bergegas pergi meninggalkannya.


Pukul 22.00 waktu setempat. Saat itu 2 Desember 2006. Pihak hotel pun memberitahukan, bahwa para pengunjung akan melangsungkan perjalanan ke Casblanca, agar bersiap-siap menuju bandara Doha .


Letak Kesalahanku


Pukul 8.30. GMT, saya tiba di bandara Mohammad V, Casablanca, Maroko. Lebih dari satu jam lamanya saya berpikir. “Bagaimana untuk bisa sampai ke kota tempat kuliahku, sedangkan tidak ada sepeserpun uang yang bisa kupakai untuk naik kereta api, transportasi tunggal dari bandara?”


Dalam ketermenungan, saya berpikir apakah yang menyebabkan 'kesusahan' saya ini. Orang bijak bilang, “setiap hal ada sebabnya”. Tapi apa sebabnya?


Meditel (kartu Hand phone Maroko) pun saya aktifkan kembali, yang
kusimpan selama berada di Indonesia. Bermaksud menghubungi kawan-kawanku di Maroko, tapi, nyatanya, tidak ada sepeserpun pulsa di dalamnya. Lengkaplah sudah.


Di tengah kegalauan, tiba-tiba ponselku berdering. Ibundaku dari Indonesia bertanya, "Kamu sudah sampai tujuan dengan selamat?"


Setelah menjawab seperlunya, tidak sengaja saya sepontan bilang, ”Bahwa saya sedang dalam masalah.” Dengan nada sedikit kesal, ibunda berkata, "Apa kamu ingat, ketika ibumu menyelipkan sejumlah uang tunai rupiah di saku jaketmu di bandara Jakarta . Ibu sudah bilang, tukar dulu rupiah ini di money changer, untuk bekal diperjalananmu, tapi waktu itu kamu tampaknnya tidak mengindahkan pesan ibu, kamu bilang cukup dengan kartu ATM yang kau pegang itu. Itulah akibatnya kalau kurang mengindahkan omongan ibumu".


”Jeweran” ibu mengingatkan atas kesalahanku. Saat itu juga, saya langsung memohon maaf pada ibunda. Dengan ringan Beliau pun memaafkanku.

"Pelayanan teknologi (ATM) bisa eror kapan saja. Tapi restu ibumu akan setia kapan dan di mana saja kamu berada, selagi kamu mengindahkan nasehatnya".


Sebelum telpon di putus, ibu sempat mendoakan, ”Semoga kamu mendapat jalan keluar."


Terbersit dianganku. Jika anak manusia selalu berusaha untuk mengindahkan (apalagi mentaati) sekecil apapun pesan-pesan orang tua, utamanya ibunya. Maka ia selalu meraih keberuntungan dan kemudahan segala urusannya dunia dan akhirat. Di antara contohnya ”Malin kundang”, di tengah kesuksesannya dihunjami adzab Tuhan, akibat kedurhakaan kepada ibunya. Na'udzu billah mindzalik.


Pergolakan Prinsip


Jam di dinding bandara Casablanca menujukan pukul 9.30. GMT.

Dengan berifikir cepat, saya sempat melirik beberapa barang ditanganku yang memungkinkan untuk bisa dijual dengan harga murah demi untuk mendapatkan ongkos meneruskan perjalanan. Diantaranya, ada hand phone Nokia N 72 (waktu itu harganya masih cukup lumayan), ada handy Cam Sony jenis mini, laptop, dan berbagai barang berharga lainnya.


Tetapi masih tetap terngiang di telinga pesan kedua orang tuaku, utamanya ibuku. Semenjak saya duduk di bangku pesantren tingkat SLTP, ibu pernah menasehati, "Anak-anakku, dalam kondisi bagaimanapun, jangan sekali-kali kamu menjual barang-barang yang kau pergunakan itu, karena sikap demikian berakibat tidak baik pada pribadimu".


Saya kembali termenung. Unsur Qowaid al-Fiqh pun sempat hinggap di benakku:”al-Hukmu yadurru ma’a illatihi a’daman wa wujudan”. Atau hal haram bisa menjadi halal sesuai tuntutan situasi dan kondisi. Seolah-olah pikiran semacam itu mendorongku untuk menjual sebagian barang-barangku, melanggar pesan ibuku. Demi mendapatkan ongkos.


Akan tetapi, perspektif tasawwuf, sungguh tidak baik jika melanggar pesan orang tua kedua kalinya, utamanya ibunda. Meskipun sekarang ini saya dalam kondisi sangat membutuhkan uang, demikian gumamku.

Di sisi lain saya menyadari, ketika di bandara Jakarta saya kurang mengindahkan pesan ibunda, tersebut di atas tadi. Dan 'kesusahan' ini akibatnya.


Berniat (belajar) selalu mentaati nasihat orang tuaku. Kuputuskan untuk tidak menjual barang apapun, apalagi laptop yang di dalamnya terdapat data-data penting.


Lagi-lagi, saya pun berspekulasi (seperti di Qatar tadi), sejumlah rupiah yang ada di saku kukeluarkan dan mendekati money changer, dan sudah kuperkirakan sebelumnya, di sanapun menjawab, "Di sini tidak menerima Rupiah". Demikian penjelasan mereka menggunakan bahasa Perancis, bahasa resmi di instansi-instansi Maroko itu.


Di depan money changer itu, saya berdiri dengan memegang dua tasku, diam berdo'a dalam hati tak terasa air mataku membasahi pipi, termenung, berpikir mencari jalan keluar, di tengah-tengah kejamnya kota Casablanca itu. Ya, Maroko memang bagian Negara Arab berpenduduk mayoritas Muslim, tetapi berbagai aspek hidup dan kehidupannya sudah terkena imbas Eropa, individualistis dan egoistisnya lebih kejam daripada Jakarta .


'Malaikat'


Di saat ketermenungan, tiba-tiba saya dikagetkan datangnya seorang laki-laki berpakaian dinas polisi bandara setempat. (Maaf), tangan kanannya buntung tanpa jari-jari. Sambil menepuk punggungku dia mengucapkan "Assalamu'alaikum" .


Belum selesai menjawab ucapan,"Wa'alaikum salam". Dia berkata lagi (dengan bahasa Arab), "Wahai anak muda, kamu berasal dari negara bagian Asia, ya? Dan ada masalah apakah tampaknya kamu gusar?"


Saya menjelaskan secukupnya saja. Tiba-tiba dia mengeluarkan sejumlah Dirham (mata uang Maroko) dengan jumlah yang lebih dari cukup untuk ongkos yang saya butuhkan, ia membeberkan dan menyodorkannya ke saya.

Awalnya sayapun menolak, tapi ia memaksaku untuk menerimanya.


Baru saja saya menyentuh uang itu, ia buru-buru merogoh sakunya lagi, dan mengeluarkan sejumlah uang dalam bentuk Riyal Saudi dan Dollar Amerika (saya lupa jumlah persisnya), seraya berkata, "Ini uang tambahan. Kalau tadi kamu menukar uang (Rupiah, pen) ditolak, maka tukarlah uang-uang ini, kamu tidak akan ditolak lagi”. Tandasnya, seolah-olah dia tahu kalau sebelumnya saya menukar Rupiah dan ditolak, seraya Ia pun buru-buru ngeloyor pergi.


Saya buru-buru mencegat langkahnya. Dia bertanya: "Ada apalagi?"

"Bolehkah tau namamu?", tanyaku.


"Tidak perlu?"


"Bolehkan saya tahu nomer telponmu?"

"Tidak ada manfaatnya," tambahnya.


"Cukup besar uang yang kamu berikan padaku, maka ambillah salah-satu identitasku ini, entah passport, atau KTP (Maroko) atau kartu mahasisswa, besok atau lusa saya datang padamu untuk mengambilnya dan mengembalikan uang yang kau pinjamkan ini. Karenanya, saya minta nomer telpon antum," begitu pintaku.


Dengan tegas, ia menjawab, ”Saya tidak meminjamkan uang padamu, uang-uang itu adalah hakmu. Jika kapan-kapan kamu singgah di bandara Casablanca ini, cari saja namaku, Mohammad Yasin." Dan, pria baik hati itupun buru-buru pergi meninggalkanku yang saat itu masih kaget dan bercampur heran.


Dua minggu kemudian, dari Tetouan, kota tempat kuliah, saya menjemput kakaku yang baru datang dari Saudi Arabia di bandara Casablanca.

Mengenal peristiwa sebelumnya, saya sudah saya menyiapkan sejumlah uang dalam amplop, untuk saya kembalikan kepada orang yang mengaku bernama Mohammad Yasin tadi. Tetapi sesampainya di Bandara Casablanca, saya tak menemukan pria itu.


Sudah beberapa aparat dan kantor polisi bandara aku tanyai, tak ada orang bernama Mohammad Yasin.


Dua puluh hari kemudian, saya kembali lagi ke bandara Casablanca menjemput sahabatku mahasiswa universitas az-Zaituna Tunis yang berkunjung ke Maroko.


Saya pun kembali mencari orang yang bernama "Mohammad Yasin" di setiap pos dan kantor pegawai bandara, termasuk mengecek di pusat data pegawai bandara, namun ternyata saya tetap belum menemukannya, dan mayoritas pegawai di sana menjawab: "Di bandara ini tidak ada pegawai yang bernama Mohammad Yasin"


Jujur awalnya saya ragu menulis kisah ini. Tetapi karena pencarian itu sudah saya lakukan berulang- kali hampir satu tahun lamanya, kucari dan kucari dia setiap kali saya ada keperluan di bandara Casablanca. Namun belum kutemukan juga orang itu. Sampai saya buat tulisan ini. Jadi, siapakah Dia? Wallohu a'lam .

Tuesday, August 28, 2007

Belajar Dari Tukul

"Bug…!, bug…bug! Tiba-tiba penjaga pintu (kondektur) Busway itu dipukul di wajahnya beberapa kali oleh seorang pemuda yang agak kekar dan pendek. Si kondektur hanya sempat bertahan dan tidak sempat menyerang balik karena tidak menduga akan mendapat serangan mendadak. Beberapa penumpang lain juga agak kaget dan tidak sadar apa yang sedang terjadi. Dalam hitungan detik, pemukul tsb sudah meloncat keluar lalu lari menyeberangi jalan masuk ke gang agak kecil. Beberapa orang segera berteriak dan mengejar tapi kehilangan jejak karena hari sudah gelap.


Balik ke Busway, kondektur tersebut sedang memegang wajahnya yang lecet dan sedikit berdarah. Setelah mengobrol sedikit, ternyata pemukul tersebut agak ngotot karena disuruh bergeser ke dalam oleh si kondektur supaya penumpang yang baru naik bisa mendapat tempat. Biasanya jika busway penuh, penumpang yang berdiri lebih suka menumpuk di dekat pintu supaya mudah keluar. Mungkin pemuda itu tersinggung atau mungkin juga caranya menyuruh si kondektur yang membuat naik darah. Apapun alasannya, kemungkinan besar ada pihak yang tersinggung harga dirinya.


Sesekali kita menjumpai seorang ibu yang marah-marah di depan kasir supermarket karena merasa tersinggung harga dirinya. Di tempat lain sahabat karib bisa bertengkar dengan pemicunya hanya karena dimulai dari bercanda yang kebablasan. Di rumah biasanya pertengkaran bisa muncul antar anggota keluarga akibat kurangnya komunikasi atau karena saling mencampuri urusan masing-masing.
Jika kita melihat di jalanan, orang-orang yang bertengkar dapat dijumpai setiap hari dan tidak jarang melibatkan perkelahian fisik. Perkelahian antara pengemudi kendaraan, penumpang, calo, preman dan mungkin petugas. Penyebabnya bermacam-macam mulai dari hal sepele hingga kriminal seperti salib menyalib, senggolan sampai pemerasan atau penodongan.


Suka atau tidak, adegan kekerasan dan luapan emosi telah mewarnai kehidupan kita sehari-hari terutama di kota-kota besar yang siklusnya berputar seperti mesin, semakin jauh dari manusiawi. Setiap orang berlomba mencapai tujuannya masing-masing, termasuk sebagian orang yang menghalalkan segala cara dan siap menghantam semua yang menghalanginya. Entah disadari atau tidak, ego tampil paling depan tanpa malu-malu. Lalu harga diri ditempatkan terlalu tinggi dan tidak proporsional sehingga rentan terjadi gesekan dengan pihak lain. Singkatnya orang-orang di kota besar menjadi lebih cepat tersinggung karena merasa harga dirinya tersentuh atau direndahkan.


Lalu apa hubungannya dengan Tukul? Sekarang ini hampir setiap hari Tukul muncul menghibur pemirsa di TV. Sebenarnya selain menghibur Ia juga mempertunjukkan hal yang positif. Yang membedakan acaranya dibanding yang lain adalah Tukul mau mengolok-olok dan menertawakan diri sendiri. Sementara entertainer lain lebih banyak mengolok-olok rekannya ataupun orang lain. Tanpa malu-malu Tukul menyebut dirinya sebagai orang desa yang katro dan norak. Ia bahkan menyediakan dirinya ditelanjangi sebagai bahan ledekan untuk pemirsanya. Apakah lantas seorang Tukul lantas menjadi tidak bernilai atau tidak punya harga diri? Tentu tidak, jika diukur dari materi, konon seorang Tukul sudah bernilai lebih dari 18 milyar sekarang ini. Otomatis popularitas serta gayanya juga telah membawa kharisma tersendiri dan siapapun layak angkat topi untuk kesuksesannya.

Dengan ikut larut menertawakan Tukul, saya jadi bercermin dan bertanya ke dalam diri sendiri:
"Apakah saya tidak lebih norak, ndeso atau katro dari Tukul?"
Maka, saya mau belajar dari seorang Tukul Arwana!


Oleh : Herman Kwok - Director of SemutApi Colony

Monday, August 27, 2007

Pesankan saya tempat di neraka !!!


Sebuah kisah dimusim panas yang menyengat.

Seorang kolumnis majalah Al Manar - Mesir mengisahkannya. ..
Musim panas merupakan ujian yang cukup berat.
Terutama bagi muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya.
Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa dijaga.

Jilbab bisa sebagai multi fungsi. Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus.
Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat. Karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar.
Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang perhatian kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan. Bahwa pakaian seperti itu bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya. Disamping pakaian seperti itu juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon perempuan muda tersebut?
Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya. Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang.

"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!!
Sebuah respon yang sangat frontal.

Dan sang bapak pun hanya beristighfar.
Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda itu.
Hingga sampailah perjalanan dipenghujung tujuan. Di terminal akhir mikrobus Alexandria - Mesir.

Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun. Tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia berada didekat pintu keluar.
"Bangunkan saja!" begitu kira-kira permintaan para penumpang.

Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui ajalnya. Dan seisi mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk disampingnya.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...

Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat denganNYA semakin dekat
.

Dan mereka yang terlena seharusnya
segera sadar... mumpung kesempatan itu masih ada...

Best Regard
Erwin Arianto,SE
Internal Auditor
PT.Sanyo
Indonesia

Paradigma

Kalau mata kita mengikuti gerakan putaran bulatan warna pink, hanya akan terlihat satu warna, pink. Kalau pandangan mata ke tanda "+" hitam di tengah, makan bulatan yang berputar berubah warnanya ke hijau...
Sekarang, konsentrasi ke tanda
"+" hitam di tengah-tengah gambar. Dalam waktu yang singkat, pelahan-lahan bulatan pink akan menghilang, dan hanya akan terlihat satu bulatan hijau yang berputar. Sangat mengagumkan cara otak kita bekerja.

Sebenarnya tidak ada bulatan hijau, dan
bulatan pink sebenarnya juga tidak menghilang. Rasanya cukup membuktikan bahwa kita tidak selalu melihat apa yang kita pikir kita melihatnya --> dengan kata lain, kita "melihat" bukan apa adanya, tapi "sebagaimana kita melihat" sesuatu...

Kadang kita merasa menghadapi suatu masalah yang "sangat sulit" atau "sangat berat" (baik di tempat kerja, di keluarga, di lingkungan masyarakat,maupun masalah pribadi diri sendiri), bahkan kadang bisa terlintas di benak kita, kenapa demikian berat beban masalah/cobaan yang kita terima ? (padahal kalau kita menerima anugrah/hadiah/kenikmaran yang demikian besar, kita tidak pernah mempertanyakan nya, kenapa kok saya yang menerima). Dan kadang kita lupa dg doa : berilah beban yang aku sanggup memikul nya....

Berat - ringan, kecil - besar, masalah - bukan masalah, sedih-gembira, hukuman-pahala, derita/nestapa-bahagia...dst. bukankah hanya cara pandang kita tentang "sesuatu" ?

Perihal, peristiwa, kejadian tetap sama, namun dengan sudut pandang yang berbeda (kita coba geser cara pandang) dan me-makna-i nya dengan cara yang berbeda, maka hasil nya juga akan berbeda. Semua hanya ada di benak kita sendiri !

Otak kita lah yang membuatnya berbeda ! Peristiwa bisa sama, namun kalau kita memaknai/memandang nya sebagai hal yang positif, bermanfaat, mengambil pelajaran, maka hasil nya akan demikian. Dan tentu sebaliknya...

Terlampir meneruskan kiriman dari seorang rekan yang membuktikan bahwa "cara kerja" otak kita ternyata "melihat" sesuatu bukan apa ada- nya, tapi sebagaimana kita melihat nya. Teringat salah satu ungkapan dari seorang sahabat (dalam bahasa Jawa) :"Sing ora ono iku sejatinya ono, sing ono iku sejati-ne dudu..." (yang tidak ada/nampak itu sejatinya ada, yang ada/tampak itu sejatinya bukan...".

Sekedar renungan untuk kehidupan.... Semoga ada manfaat nya.

Regards

Friday, August 24, 2007

Bersiap menghadapai kehilangan



Bila Anda siap MENDAPATKAN, sudahkan Anda juga siap KEHILANGAN? Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah, menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri. Masih ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri hanya karena sukses mereka terancam pudar? Barangkali kisah yang saya adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns berikut ini, dapat memberikan inspirasi.


Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.Anak- anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.


Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank."Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.


Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal.


Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu
tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun
segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru.


Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian
mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.


Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan?Apa yang diambil oleh
perampok tadi? Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh,bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".


Memang, . . . . . .. . .
ada beragam cara menyikapi kehilangan.


Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN Allah. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?


Best Regard
Erwin Arianto,SE
Internal Auditor
PT.Sanyo
Indonesia

Saya Tidak Punya Motivasi


Banyak temen-temen saya yang bilang kalo saya menjalani kehidupan dan kerjaan di kantor seperti orang yang gak punya motivasi.

Sebetulnya apa sih yang namanya motivasi? Benarkah saya termasuk orang yang tidak memiliki motivasi?

Motivasi? Banyak sekali definisi dari motivasi... mungkin secara umum, motivasi adalah kondisi yang menyebabkan kita bersemangat, terinspirasi, dan mampu optimis dalam memandang ke depan. Bukan? Yah, kira-kira deh.. baik yang muncul dari dalam diri sendiri, maupun yang dipicu dari luar diri kita (kejadian, nasehat, pelatihan, seminar, dll).

Benarkah termasuk orang yang tidak memiliki motivasi? Waduh, sepertinya yang bisa menjawab adalah diri kita sendiri. Mungkin beberapa poin di bawah ini bisa menjadi sekilas petunjuk kalau kita termasuk yang tidak/kurang memiliki motivasi:

ü Setiap hari, saya merasa terpaksa untuk berangkat ke kantor


u. Berat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan pada saya oleh atasan

ü Pekerjaan adalah sebuah halangan dan hambatan bagi saya untuk bebas

ü Hidup ini rasanya tidak adil, seberapapun keras saya mencoba, pasti akan gagal juga

ü Apapun yang saya kerjakan, tidak akan mampu menyenangkan teman, atasan, atau orang-orang di sekeliling saya

ü Rasanya hidup saya memang sudah ditakdirkan begini-begini saja

ü Sepertinya sifat-sifat jelek saya tidak akan pernah bisa berubah

ü Apapun target yang saya kejar, tidak pernah bisa saya dapatkan

ü Saya capek berusaha, sepertinya saya selalu mencapai jalan buntu

ü dll

Bila rasanya kita mengalami satu atau beberapa hal diatas, mungkin kita bisa mengkategorikan diri kita sendiri sedang mengalami yang namanya Kurang Termotivasi dalam pekerjaan atau hidup kita. Harap tenang, ini bukan akhir dari dunia kan? Setiap orang mengalami naik turun dalam semangat atau motivasi, yang penting adalah, bagaimana cara kita mengatasi diri kita sendiri ketika kita sedang mengalami penurunan dalam motivasi. Perlu kita ketahui, bahwa penurunan motivasi dapat kita manfaatkan, tetapi ini semua tergantung pada pilihan kita. Coba bayangkan sebuah busur panah, apakah kita sanggup melontarkan anak panah sejauh jauhnya tanpa menarik mundur tali busur itu terlebih dahulu?

Tidak bukan, sanggupkah kita melihat apapun yang kita alami, kegagalan, kesulitan, termasuk menurunnya motivasi, sebagai proses alami untuk menarik busur kemajuan kita? Bila kita termasuk orang yang sanggup melihat itu sebagai sebuah proses yang harus kita lalui dalam mencapai kemajuan atau apapun yang kita inginkan, maka, turunnya motivasi kita masih berada dalam taraf yang wajar dan sehat. Tetapi, kalau turunnya motivasi kita itu sudah mulai membuat kita tidak lagi mampu melihat harapan di depan, mulai mengganggu emosi kita secara terus menerus (rasanya seperti terjun bebas...tanpa pegangan..), serta masih banyak lagi hal negatif yang kita ciptakan secara terus menerus, maka itu tandanya kita perlu mulai mencari bantuan untuk menemukan cara mengangkat motivasi diri kita sendiri, dari dalam...

Jadi, termasuk yang manakah kita?

Bagaimana kita tau kalo kita butuh motivasi? Bagaimana cara memotivasi diri?

Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, ketika mulai terlihat tanda tanda yang tidak sehat, seperti:

ü Hilangnya berbagai harapan di depan (yang sebelumnya kita miliki)

ü Terganggunya emosi secara terus menerus (setiap hari, bahkan setiap saat, sensitif..)

ü Mulai bermasalahnya hubungan dengan orang-orang disekitar kita (akibat sikap dan perilaku yang kita tunjukkan)

ü Bermunculannya berbagai kalimat negatif yang ditujukan pada diri kita sendiri

Maka sepertinya itulah saat kita membutuhkan motivasi, baik dengan memotivasi diri kita sendiri, maupun mencari bantuan orang yang kita percaya dan nyaman untuk membantu kita menemukan kembali motivasi dalam diri.

Caranya memotivasi diri kita sendiri? Pertanyaan sederhana yang menarik. Kenapa? Karena musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Ketahuilah, bahwa orang lain mungkin tidak sanggup mengetahui semua apa yang telah kita lakukan, pikirkan, dan rasakan, tetapi diri kita sendiri tahu kan? Ketahuilah, bahwa memberikan nasehat pada orang lain (seperti yang saya lakukan sekarang...) lebih mudah daripada memberikan nasehat dan berbagai kata-kata bijak pada diri sendiri... percayalah, saya juga merasakan hal yang sama... Lalu, kembali, bagaimana cara kita bisa memotivasi diri sendiri? Ada langkah mudah untuk mampu memotivasi diri kita sendiri:

ü Sadarilah apa yang mampu membuat kita merasa sendirian, jatuh, tidak bersemangat.. termasuk sifat dan perilaku kita yang mampu mengarahkan kita menuju pada perasaan kurang/tidak termotivasi tersebut.

ü Terima semua penyebab tersebut apa adanya, itulah diri kita, itulah yang menjadikan kita seutuhnya... dengan menerima itu semua, kita baru saja mengenali dan mengakui diri kita seutuhnya... jadi kita tau kan, mana yang harus dirubah, dan dari mana mulainya.

ü Mulai untuk merubahnya, dari hal yang paling kecil (tidak usah lagi bertanya, bener atau salah! Hindari menghabiskan waktu untuk CUMA menimbang benar atau tidak yang kita lakukan. Just do it! Nanti juga ketauan), dan yang terpenting, mulai dari SEKARANG (nggak ada lagi “saya mulai besok pagi” atau “pas ada waktu, saya akan lakukan”, nggak... sekarang...).

So, sudah tahu? Sekarang kendali sepenuhnya ditangan kita, tinggal mau atau tidak kita lakukan, itu aja... kalau kita masih terkendala dengan “belum ada waktu”, “belum punya kesempatan”, “belum tau mau mulai dari mana”, itu semua pilihan kita.

Kita memang tidak bisa menolak atau memilih hal-hal yang sedang atau sudah terjadi pada diri kita, tapi kita bisa memilih apa reaksi yang akan kita lakukan...

Ini saatnya, untuk berubah...


Kirdy Putra

Frog or House

"A heart is not judged by how much you love,
but by how much you are loved by others"

Tidak Mengherankan mengapa antara kita (manusia) sering berselisih paham tentang sesuatu hal,
karena
dapat melihat dari Sisi atau Sudut Pandang yang berbeda.
I call it a Frog and you call it a horse.

Thursday, August 23, 2007

Metaphora Burung



Dalam suatu danau yang airnya dalam hiduplah satu jenis burung yang memakan ikan dengan paruhnya. Burung-burung itu hidup berkelompok dan bergerombol. Hidup di danau memang keras hanya burung dengan paruh yang panjang dan cekatan saja yang dapat menangkap banyak ikan.
Sedangkan burung yang paruhnya pendek dan tidak cekatan hanya dapat sedikit ikan dan setiap hari masih merasa lapar karena tidak cukup makan.

Di lain pihak hidup pula kawanan burung yang tinggal di danau yang airnya dangkal. Mereka mencari makan dengan cakar mereka, makanan mereka ikan -ikan kecil yang sering bersemayam di dasar danau. Hanya burung dengan cakar yang panjang dan cekatan saja yang dapat mendapatkan makanan yang banyak.

Musim kemarau panjang mulai datang dan tak ayal juga melanda kedua danau tempat kawanan burung itu tinggal. Sebagian di danau pertama menjadi kering namun masih ada cukup makanan buat kawanan burung itu.
Namun tidak demikian di danau yang lain. Musim kemarau telah membuat danau itu kering .
Musim kering membuat kawanan burung lain yang berada
di danau yang dangkal telah kering memaksa mencari tempat yang masih terdapat air dan ikan.

Mereka satu persatu pindah ke danau pertama tempat kawananan burung yang masih ada airnya. Kawanan burung yang baru datang tadi mulai mencari makan dengan cakarnya.
Namun karena
danau di tempat yang baru dalam dan mencari ikan dengan cakar tidak begitu efektif, mereka harus belajar mencari makan dengan paruh mereka.
walaupun sangat sulit karena paruh mereka tidak didesain untuk itu, mereka tetap giat mencari makan disana.

Dengan susah payah dan belajar
dengan coba salah ulangi lagi salah ulangi lagi terus dengan gigih mencari makan. Mereka mulai mencontoh burung yang sudah tinggal disana sebelumnya. Dan menemukan cara yang efektif menggunakan paruh mereka

Kawanan burung yang sebelumnya tinggal disana mulai merasa resah.

Kebanyakan yang resah adalah burung dengan paruh yang lebih pendek dan tidak begitu cekatan mencari makan. Hidup mereka terasa terancam dengan datangnya kawanan burung yang baru datang.
Walaupun sebenarnya
makanan masih tersedia banyak di danau itu dan cukup untuk mereka semua.

"Wah kalo begini kemungkinan kita mendapat makanan semakin
kecil saja nih" ujar salah satu burung yang tidak cekatan.

"Benar, lihat saja cara mereka mencari makan, sangat tidak berguna menggunakan
cakar dan paruh yang tidak begitu kuat bukan buat menangkap ikan di
perairan dalam seperti kita" timpal burung yang lain. "Bagaimana
menurutmu?" ujar salah satu burung yang mempunyai paruh lebih pendek
dan kurang cekatan yang kepada burung sangat cekatan mencari makan.

Namun burung yang cekatan itu menghiraukan pertanyaan burung tadi.
Baginya dia tidak merasa takut akan kekurangan makanan. Makanan begitu
banyak tersedia di danau dan dia dapat tetap mencari makan dengan
paruhnya yang panjang dan cekatan.

Kita terkadang menyalahkan orang lain karena ketidakmampuan kita.
Bukan merefleksi diri dan memperbaiki kekurangan kita. Secara tidak
sadar kita takut tempat mencari makan kita diambil oleh orang lain
(mentalitas kekurangan). Padahal Allah swt tuhan semesta alam
memberikan rejeki kepada kita yang tidak terhingga.
Masihkah ada mentalitas kekurangan seperti itu dalam diri kita sebagai seorang
karyawan ?.

Created by:
Adang Adha
BetterMind Indonesia
Best life with BetterMind